Bacajuga: Kajian Unsur Kosakata dan Diksi dalam Puisi "Sepatu" Karya Sapardi Djoko Damono pada suatu hari nanti, impianku pun tak dikenal lagi, namun di sela-sela huruf sajak ini, kau tak akan letih-letihnya kucar". Pada stanza pertama, Sapardi hendak menyampaikan sebuah wasiat bahwa semua manusia pasti mengalami kematian.
Bilang Begini Maksudnya Begitu β Sapardi Djoko Damono merupakan seorang penyair Indonesia yang terkenal dengan berbagai puisi-puisinya yang memiliki hal-hal sederhana tetapi memiliki makna besar di dalam kehidupan. Buku Bilang Begini Maksudnya Begitu ini merupakan salah satu buku bestseller yang ditulis oleh Sapardi Djoko Damono yang didalamnya menjelaskan makna-makna tersirat yang sebenarnya ingin disampaikan oleh sang penulis. Salah satu cara yang bisa dilakukan agar kita bisa memahami pesan atau makna dari penyair adalah kita juga harus mengenal dan mengapresiasi alat kebahasaan yang digunakan penyair untuk menulis puisi-puisinya. Buku ini ditujukan untuk memberikan pemahaman atas alat-alat bahasa yang digunakan dan diharapkan bisa membantu tumbuhnya apresiasi puisi yang lebih baik. Sering sekali para penyair bilang begini, tetapi maksudnya begitu dengan makna yang berbeda. Nah, Grameds masih bingung untuk mencari makna yang terkandung dalam puisi? Tak perlu bingung mencarinya, karena kamu bisa mencari tahu seputar puisi dan pemaknaannya dengan membaca buku Bilang Begini Maksudnya Begitu. Buku ini akan menjelaskan caranya, yuk simak review singkatnya! Pada buku Bilang Begini Maksudnya Begitu akan dijelaskan bagaimana caranya membahas puisi yang diapresiasi oleh masyarakat dengan menggunakan alat-alat pengenalan yang digunakan, seperti gagasan, sikap, suasana, dan lain sebagainya. Pemahaman atas βalat-alatβ yang digunakan dalam menulis puisi tersebut diharapkan dapat membantu dan meningkatkan tumbuhnya apresiasi puisi yang lebih baik di mata masyarakat. Sebab kerap kali dari para pembaca yang tidak bisa mengerti atau paham isi dari sebuah puisi dan menyebabkan para pembaca menjadi acuh tak acuh terhadap karya-karya tersebut. Walaupun sebenarnya tidak perlu dipikirkan maknanya apa dan artinya apa. Tetapi hal tersebut tidak membuat tujuan dalam membaca berhasil, karena tidak paham pesan atau maksud dari isi buku tersebut. Begitulah kurang lebih kata Sapardi Djoko Damono dalam bukunya. Dalam bukunya tersebut, Sapardi Djoko Damono menghadirkan karya-karya puisi dari berbagai penyair untuk dijadikan sebuah contoh. Terdapat macam-macam puisi, ada puisi yang berbentuk berita, ada puisi yang berbentuk prosa atau naratif, ada puisi yang sederhana bahasanya, dan ada juga puisi yang rumit penggunaan bahasanya. Karya-karya puisi tersebut semua beliau rangkum secara ringkas dalam bukunya. Selain membahas puisi agar dapat diapresiasi oleh masyarakat, buku Bilang Begini Maksudnya Begitu juga berusaha menelaah karya-karya puisi melalui pendekatan ilmu lain, tujuannya agar dapat dinikmati dan dihayati secara logis. Karya-karya puisi yang dijadikan sebagai contoh, selanjutnya dikaji dengan berbagai macam pendekatan. Dalam buku ini, pendekatan yang dimaksud, seperti pendekatan psikologi, latar belakang penyair, sosiologi, agama, dan sebagainya. Bagaimana? Tertarik bukan untuk mengetahui makna-makna dalam puisi yang ditulis oleh penyair? Yuk mari kita coba pahami isi pesan atau makna yang ingin disampaikan oleh para penyair untuk kita. Jika para Grameds ingin tahu lebih lanjut tentang pemahaman dalam puisi. Dalam buku Bilang Begini Maksudnya Begitu kamu bisa menemukannya secara jelas dan lengkap. Profil Sapardi Djoko DamonoReview Buku Bilang Begini Maksudnya BegituKelebihan dari Buku Bilang Begini Maksudnya Begitu karya Sapardi Djoko DamonoPenutupBuku Best Seller RekomendasiArtikel Terkait Rekomendasi Buku Sumber Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Surakarta, Hindia Belanda. Sapardi Djoko Damono merupakan seorang pujangga berkebangsaan Indonesia terkemuka. Ia sering kali dipanggil dengan singkatan namanya, SDD. Sapardi menghabiskan masa mudanya di Surakarta hingga lulus SMA pada tahun 1958. Lalu, ia melanjutkan pendidikannya ke Yogyakarta. Tepatnya kuliah di bidang Bahasa Inggris Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sapardi sudah dikenal dengan karya puisinya yang penuh dengan makna cinta dan juga makna kehidupan. Jika dikelompokkan berdasarkan angkatan sastra, maka Sapardi Djoko Damono termasuk sastrawan angkatan 70-an. Sajak-sajak SDD telah diterjemahkan ke dalam berbagai macam bahasa, termasuk bahasa daerah. Salah satu karyanya berhasil dijadikan sebuah film, yaitu buku yang berjudul βHujan Bulan Juniβ. Film ini menceritakan tentang seorang wanita dosen muda sastra Jepang yang bernama Pingkan, dipertemukan dengan Sarwono, seorang dosen Antropologi. Mereka merupakan sepasang kekasih yang saling melengkapi satu sama lain, dan merasa sangat nyaman dalam menjalin hubungan percintaan yang sedang dijalani. Namun keduanya memiliki suku dan agama yang berbeda sehingga hubungan Pingkan dan Sarwono ditentang oleh pihak keluarga. Sapardi Djoko Damono juga telah memenangkan beberapa penghargaan atas karya-karyanya yang indah, diantara lain adalah Cultural Award dari Australia pada tahun 1978, SEA Write Award dari Thailand pada tahun 1986, Kalyana Kretya dari Menristek RI pada tahun 1996, dan Achmad Bakrie Award dari Indonesia pada tahun 2003 Sapardi Djoko Damono atau dikenal dengan nama singkatnya yaitu SDD meninggal pada usia 80 tahun pada tanggal 19 Juli 2020. Penyebab meninggalnya Sapardi Djoko Damono ini diakibatkan penurunan fungsi organ tubuh. Meskipun kini sosok Sapardi sudah tak ada lagi di dunia dan tidak membuat karya lagi, namun karya-karya puisinya akan tetap abadi di hati para penikmatnya dan akan terus dihargai selamanya. Review Buku Bilang Begini Maksudnya Begitu Jumlah Halaman 146 Penerbit Gramedia Pustaka Utama Tanggal Terbit 11 Mei 2016 ISBN 9786020329543 Bahasa Indonesia Berat kg Lebar cm Panjang 20 cm Gerimis bukan berarti hujan, bunga belum tentu berarti kembang. Konon, puisi adalah hasil permainan gaya bahasa seorang penyair yang tidak bisa diartikan secara harfiah. Kerap kali penyair bilang begini, tapi maksudnya begitu. Lalu, bagaimana caranya bisa menikmati puisi dan menangkap pesan atau makna yang ingin disampaikan oleh penyair? Dalam usaha memahami karya sastra, tentu berbagai pertanyaan bisa timbul. Bisa saja dua orang pembaca merasa telah memahami suatu karya sastra, tetapi ternyata penafsiran keduanya berbeda. Penafsiran siapa yang benar? Sampai berapa jauhkah peran sastrawan dalam penafsiran itu? Apakah minat dan pandangan hidup kita bisa berpengaruh terhadap penafsiran itu? Itu semua macam pertanyaan yang mungkin sekali akan sering kita cari jawabannya di sini. Buku yang telah ditulis oleh Sapardi Djoko Damono ini bukan buku teori sastra, melainkan buku yang berisi ajakan atau panduan dalam mengapresiasi puisi. Maka dari itu, di dalam buku ini dijelaskan bagaimana cara mengapresiasi puisi hingga memahami makna dari suatu puisi yang telah dibaca. Sejumlah alat, muslihat serta gaya yang biasa digunakan penyair dalam puisinya dijelaskan oleh Sapardi Djoko Damono ini dengan menampilkan sejumlah contoh, sehingga pembaca pun akan jadi lebih mudah dalam memahami makna yang terkandung di dalam sebuah puisi. Memahami makna yang terkandung dalam puisi, memang tak mudah dan membutuhkan waktu yang cukup lama terutama bagi orang yang awam. Namun, ketika kita sudah memahami makna dari suatu puisi, kita akan selalu berusaha menggali makna dari setiap puisi yang telah dibaca. Lewat buku Bilang Begini Maksudnya Begitu, maka kita akan jadi lebih mudah dalam memahami makna puisi. Jadi, apakah kamu masih ragu untuk mendapatkan buku karya Sapardi Djoko Damono ini? Yuk, biar semakin mudah memahami makna dalam puisi, langsung dapatkan bukunya di Kelebihan dari Buku Bilang Begini Maksudnya Begitu karya Sapardi Djoko Damono Pros Materi yang disampaikan penulis dalam buku ini dituliskan secara jelas, sehingga mudah untuk dimengerti. Buku ini bersifat inspiratif dan motivasional. Materi dalam buku ini singkat, tetapi memiliki makna yang sangat mendalam, sehingga pembaca dapat memahami isi buku dan isi puisi-puisi yang lain. Sebagai salah satu buku bestseller, kualitas buku Bilang Begini Maksudnya Begitu ini tak perlu diragukan lagi. Sapardi Djoko Damono berhasil menyampaikan seluruh pesan atau makna dan bagaimana caranya mengapresiasi puisi melalui tulisan yang indah dan penjelasan yang baik. Buku ini adalah sebuah buku yang memuat begitu banyak kajian puisi-puisi indah beserta makna yang tersirat di dalamnya. Materi dalam buku ini dinilai cukup singkat, tetapi dijelaskan secara lengkap. Beberapa contoh puisi yang dikutip di dalam buku ini juga merupakan puisi yang terkenal. Nah, jika Grameds punya minat yang lebih jauh terhadap puisi, Grameds mungkin akan terdorong untuk mencari informasi tentang mereka dan mencari tahu lebih banyak seputar puisi. Buku ini juga dapat membantu memahami para Grameds dalam menangkap pesan, gambar, atau makna puisi memang berbeda bagi setiap orang, tergantung pada latar belakang juga pengetahuannya terhadap berbagai piranti puisi. Hal ini juga beberapa kali disinggung oleh penulis. Ketidaktahuan seseorang tersebut terkadang menyebabkan sebuah puisi terasa βgelapβ. Buku ini akan memandu dan membantu Anda dalam mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai puisi dan cara memaknainya. Penutup Buku Bilang Begini Maksudnya Begitu karya Sapardi Djoko Damono ini dapat membuat para pembaca meningkatkan pengetahuannya mengenai puisi. Terutama bagi para Grameds yang menyukai buku-buku sajak, puisi, dan lainnya. Apabila Grameds membaca buku ini, mungkin Grameds akan dapat memahami isi dari puisi-puisi lain dan dapat mengetahui cara mengapresiasi puisi-puisi yang ada. Sapardi Djoko Damono cocok bagi Grameds yang menyukai buku-buku yang berisikan puisi ataupun sajak-sajak yang dituliskan secara indah dan sederhana namun memiliki makna yang cukup mendalam. Mungkin bagi para Grameds yang penasaran, kenapa sih Sapardi Djoko Damono sangat terkenal dengan puisinya? Grameds bisa coba membaca buku Bilang Begini Maksudnya Begitu ini untuk mendapatkan jawabannya. Itulah sedikit penjelasan dan review singkat tentang buku Bilang Begini Maksudnya Begitu karya Sapardi Djoko Damono. Semoga penjelasan diatas dapat memberikan pemahaman lebih dalam terkait buku-buku puisi. Review diatas cocok bagi para Grameds yang sedang mencari buku-buku puisi dengan penjelasan yang mudah dipahami. Apabila Grameds tertarik untuk membaca dan membeli buku puisi, seperti Sapardi Djoko Damono, Grameds bisa membeli bukunya di Karena sebagai SahabatTanpaBatas, menyediakan beragam buku menarik dan berkualitas untuk Grameds. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan dan pengetahuan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi. Jadi tunggu apa lagi? Jangan sampai ketinggalan dan segera beli dan miliki bukunya sekarang juga! Penulis Sabrina Gasella Ghaisani
7puisi karya Sapardi Djoko Damono yang paling populer Banyak karya sastra Indonesia yang merupakan hasil tulisan tangan para penulis Indonesia, salah satunya Prof. dr. DR. Sapardi Joko Damono. Mungkin pecinta sastra Indonesia tahu namanya, ya, seorang penyair Indonesia yang lahir pada 20 Maret 1940 di Surakarta.
Puisi Sajak Tafsir Karya Sapardi Djoko Damono Sajak Tafsir 1 Siapa gerangan berani menafsirkanku sebagai awan yang menjadi merah ketika senja? Aku batu. Kota boleh mengembara ke langit dan laut, aku tetap saja di sini. Siapa tahu untuk selamanya. Dan tidak boleh tidur, meskipun kadang-kadang memahami diri sendiri sebagai telur. Tidak boleh menghardik pohon yang malam-malam mengirimkan karbon. Sungguh, aku batu yang begitu saja di tengah jalan, yang tak tampak sehabis hujan. Siapa pula sampai hati menafsirkanku sebagai langit yang letih menggerakkan awan dan menghirup udara jika hari hujan dan matahari berusaha menembus rambut tebalnya? Sajak Tafsir 2 Aku sungai, biar saja. Siapa kau yang merasa berhak menafsirkanku sebagai batu? Aku tak boleh letih menuruni bukit, tak semestinya menanjak mengatasi langit, tak seharusnya memadamkan matahari waktu siang atau bersembunyi dari bulan kalau malam tiba-tiba mengambang di antara butir-butir udara yang suka meretas jika kau sedang menundukkan kepala. Sungguh. Sungai tak akan bisa menjadi bunyi atau sekedar rentetan aksara. Aku sungai yang hanya bisa mengikat pohon agar tidak ikut kota mengembara ke hutan dan meninggalkannya begitu saja. Padahal dari sana pula asal-usulnya, dulu ketika masih purba. Sajak Tafsir 3 Siapa yang menyuruhmu menafsirkanku sebagai sungai yang bisa menjadi suara yang mengambang bersama cahaya sore di sela-sela awan yang kadang-kadang juga kautafsirkan sebagai lambang kefanaan? Aneh. Aku tak lain sawah yang dicangkul musim dan dibiarkan tersiksa oleh padi yang begitu saja tumbuh di tengah-tengahnya. Aku hanya suka menerima kota jika kebetulan berjalan di hari libur dari desa ke desa bercengkerama tentang cuaca yang suka ke sana ke mari, yang tiba-tiba menjadi sama sekali diam jika kau menafsirkanku sebagai batu. Aku sawah, yang tak akan bisa ramah terhadapmu. Sajak Tafsir 4 Sawah? Siapa pula yang telah membisikkan kebohongan itu padamu? Aku burung, yang boleh saja membayangkan telah lahir dari telur yang dibayangkan batu, terlibat dalam kisah cinta yang pernah kaubaca di kitab terjemahan itu. Aku tidak menerjemahkan diriku sendiri menjadi burung, karena aku burung. Bukan sawah yang masih suka menerjemahkan dirinya menjadi kota atau bahkan menafsirkan dirinya sebagai batu. Burung hanya mencintai sayapnya sendiri, mengagumi terbangnya sendiri yang mengungguli ladang, bahkan mengatasi batu. Sungai pun, yang sesekali terjun, tidak pernah berkeberatan akan cintaku kepada selembar daun yang merindukan langit. Sajak Tafsir 5 Kau bilang aku burung? Jangan sekali-kali berkhianat kepada sungai, ladang, dan batu. Aku selembar daun terakhir yang mencoba bertahan di ranting yang membenci angin. Aku tidak suka membayangkan keindahan kelebat diriku yang memimpikan tanah, tidak mempercayai janji api yang akan menerjemahkanku ke dalam bahasa abu. Tolong tafsirkan aku sebagai daun terakhir agar suara angin yang meninabobokan ranting itu padam. Tolong tafsirkan aku sebagai hasrat untuk bisa lebih lama bersamamu. Tolong ciptakan makna bagiku, apa saja β aku selembar daun terakhir yang ingin menyaksikanmu bahagia ketika sore tiba. Sajak Tafsir 6 Siapa pula yang bilang aku berurusan dengan duniamu? Kyai mana yang membohongimu? Pendeta mana yang selama ini berdusta padamu? Jangan tafsirkan aku sebagai apa pun sebab aku tidak pernah ada dan tidak akan ada. Aku tidak terlibat dalam makna seperti yang mereka bayangkan tentang diri mereka sendiri β bukan bahasa yang tak lain masa lalu. Dan kau juga tak akan mampu membayangkan aku sebagai kapan saja. Aku tidak memerlukan bahasa β diam bukan batu, mengalir bukan sungai, dicangkul bukan sawah, terbang bukan burung, bertahan bukan daun. Aku tidak, bukan apa pun. Sumber Melipat Jarak 2015Analisis PuisiPuisi "Sajak Tafsir" menceritakan tentang perasaan seseorang yang merasa terasing dari dunia dan bertanya tentang apa yang akan menjadi masa depannya. Puisi karya Sapardi Djoko Damono ini memiliki beberapa hal menarik yang dapat ditemukan dalam bait-baitnya. Berikut ini adalah beberapa aspek menarik dari puisi tersebutIdentitas yang ambigu Puisi ini mengeksplorasi identitas yang kompleks dan ambigu. Penyair menanyakan siapa yang berani menafsirkan atau mengartikan dirinya. Puisi ini mengungkapkan bahwa identitasnya tidak dapat dijelaskan dengan satu makna atau tafsiran tunggal. Identitasnya melibatkan berbagai elemen, seperti awan, batu, sungai, sawah, burung, dan daun, yang semuanya memiliki karakteristik dan makna yang terhadap tafsiran Penyair menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap upaya orang lain untuk menafsirkan dan memberikan makna pada dirinya. Dia menolak penggambaran yang terbatas dan stereotip tentang siapa dia sebenarnya. Dalam puisi ini terdapat penolakan terhadap upaya orang lain untuk mempersempit identitasnya melalui tafsiran yang imaji alam Puisi ini menggunakan imaji alam, seperti awan, sungai, batu, dan daun, untuk menyampaikan keadaan emosional dan identitas yang rumit. Setiap elemen alam tersebut mencerminkan sisi yang berbeda dari identitas penyair dan memberikan dimensi yang beragam pada bahasa yang kontras Dalam puisi ini, terdapat penggunaan bahasa yang kontras dan kadang-kadang ambigu. Penyair menggunakan kata-kata yang bertentangan, seperti batu dan awan, sungai dan batu, atau burung dan sawah. Hal ini menciptakan ketegangan dan kontradiksi dalam puisi, mencerminkan kompleksitas dan keberagaman identitas terhadap keterbatasan bahasa Puisi ini mengeksplorasi batasan bahasa dalam mengekspresikan diri. Penyair menyatakan bahwa bahasa tidak mampu sepenuhnya mencakup dan memahami dirinya. Dia menunjukkan bahwa dirinya tidak dapat didefinisikan dengan kata-kata atau tafsiran yang keseluruhan, puisi "Sajak Tafsir" karya Sapardi Djoko Damono mengeksplorasi kompleksitas identitas manusia dan penolakan terhadap upaya untuk mempersempit dan menafsirkan diri. Puisi ini menunjukkan bahwa diri seseorang tidak dapat sepenuhnya ditangkap oleh kata-kata atau makna yang telah ditentukan, dan identitas individu memiliki banyak dimensi yang Sajak TafsirKarya Sapardi Djoko DamonoBiodata Sapardi Djoko DamonoSapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
KumpulanKarya Puisi Sapardi Djoko Damono 1. Aku Ingin Aku Ingin Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada 1989 2. Hatiku Selembar Daun
Puisi Sajak Tafsir Sapardi Djoko Damono Puisi Sajak Tafsir Sapardi Djoko Damono Kau bilang aku burung? Jangan sekali-kali berkhianat Minggu, 30 Agustus 2020 1348 Djoko Damono, penyair Indonesia angkatan 1970-an. Puisi Sajak Tafsir Sapardi Djoko Damono - Puisi Sajak Tafsir Sapardi Djoko Damono Sajak Tafsir Kau bilang aku burung?Jangan sekali-kali berkhianatkepada sungai, ladang, dan batuAku selembar daun terakhiryang mencoba bertahan di rantingyang membenci anginAku tidak suka membayangkankeindahan kelebat dirikuyang memimpikan tanahtidak mempercayai janji api yang akan menerjemahkankuke dalam bahasa abu Tolong tafsirkan akusebagai daun terakhiragar suara angin yang meninabobokanranting itu padam Tolong tafsirkan aku sebagai hasratuntuk bisa lebih lama bersamamuTolong ciptakan makna bagikuapa saja β aku selembar daun terakhiryang ingin menyaksikanmu bahagiaketika sore tiba. *
sajaktafsirkarya Sapardi Djoko DamonoKau bilang aku burung?Jangan sekali-kali berkhianatkepada sungai, ladang, dan batuAku selembar daun terakhiryang mencob
- Puisi "Hanya" adalah salah satu puisi karangan Sapardi Djoko Damono, seorang penyair ternama asal Indonesia. Selain "Hanya", beberapa karya terkenal milik Sapardi Djoko Damono adalah "Hujan Bulan Juni", "Aku Ingin", "Menjenguk Wajah di Kolam", dan "Yang Fana Adalah Waktu".Isi puisi "Hanya" karya Sapardi Djoko Damono Dilansir dari buku Membangun Cinta di Surga 2022 oleh Khairul Azzam, berikut isi puisi "Hanya" milik Sapardi Djoko Damono Hanya suara burung yang kaudengardan tak pernah kaulihat burung itutapi tahu burung itu ada di sana Hanya desir angin yang kaurasadan tak pernah kaulihat angin itutapi percaya angin itu di sekitarmu Hanya doaku yang bergetar malam inidan tak pernah kaulihat siapa akutapi yakin aku ada dalam dirimu Baca juga Makna Puisi Burung Hitam Karya RendraMakna puisi "Hanya" karya Sapardi Djoko Damono Secara garis besar, makna puisi "Hanya", yakni rentang kerinduan seseorang. Hal itu tergambar jelas dalam tiga bait puisi di atas. Puisi ini menceritakan sesosok orang yang kita rindukan, namun tidak bisa dilihat. Kita hanya bisa mendengar suara atau merasakan kehadirannya. Dikutip dari jurnal Gaya Bahasa pada Puisi "Hanya" Karya Sapardi Djoko Damono 2022 oleh Ilda Hilda, puisi "Hanya" menggunakan gaya bahasa repetisi pengulangan. Sehingga memberi kesan penekanan pada konteks makna yang ingin disampaikan penyair. Gaya bahasa itu terlihat pada kata "hanya", "dan tak pernah", serta "tapi". Untuk memperkuat maknanya, Sapardi Djoko Damono juga menggunakan majas simile, metafora, personifikasi, sarkasme, dan sinisme. Baca juga Makna Puisi Doa karya Chairil Anwar Penggunaan gaya bahasa yang dipadukan dengan pemilihan kata yang tepat membuat puisi ini makin terlihat indah. Kesimpulannya, makna puisi "Hanya" adalah kerinduan terhadap orang atau sosok yang tidak bisa kita lihat. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Setiapbuku yang di karang oleh Sapardi Djoko Damono pasti akan memberikan sesuatu yang berbeda saat membacanya. Seperti buku "Melipat Jarak" yang berisi kumpulan sajak sejak tahun 1995 hingga 2015 karya Sapardi Djoko Damono, salah satu judul puisinya yang paling menarik yaitu Sajak-sajak kecil tentang cinta yang isinya adalah :
Setiap bulan juni akan tiba, aku selalu memandangi rak buku yang berdebu ia seperti puisi semakin lama tidak dibaca maknanya akan luka yang paling sakit untuk kuterima, entah sekedar berpura-pura, tapi hatiku berpendar-pendar, tak mengiraumpama, aku mencintaimu sepenuh hati 1 2 3 Mohon tunggu... Lihat Puisi Selengkapnya Beri Komentar Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
Kumpulanpuisi sapardi djoko damono 1. Kita Saksikan 2. Sajak Putih 3. Pertanyaan Kerikil Yang Goblok 4. Pada Suatu Magrib 5. Kenangan 5. Sonet 14 6. Sonet 4 7. Sonet, Entah Sejak Kapan 8. Pohon Belimbing 9. Hujan Dalam Komposisi, 2 10. Ketika Berhenti Disini 11. Dalam Kereta Bawah Tanah, Chicago 12. Narsisus 13. Taman Jepang, Honolulu 14. Lanskap
Sebuah kata atau frasa dalam puisi biasanya menyimbolkan sesuatu karena pada dasarnya puisi adalah sebuah karya sastra yang multitafsir. Artinya, setiap kata atau frasanya dapat bermakna sesuatu. Namun, penyimbolan sebuah kata atau frasa dalam puisi juga dapat ditentukan melalui konteks yang berlaku dalam puisi tersebut secara keseluruhan. Dalam puisi βSajak Tafsirβ karya Sapardi Djoko Damono di atas, frasa selembar daun terakhir menyimbolkan seseorang yang berada di akhir usianya. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya baris-baris aku selembar daun terakhir yang ingin menyaksikanmu bahagia ketika sore tiba yang menyebut bahwa si aku liris ingin menyaksikan seseorang yang mungkin dia sayang sebelum ajalnya menjemput yang disimbolkan dengan ketika sore tiba. Jawaban A kurang tepat karena dapat dipastikan aku liris yang diikuti oleh frasa selembar daun terakhir menggambarkan seseorang karena adanya pronomina aku. Jawaban B kurang tepat karena jawaban tersebut tidak mengandung simbol apa pun. Jawaban C kurang tepat karena di bait terakhir frasa selembar daun terakhir memilikin harapan sehingga tidak mungkin bahwa frasa tersebut adalah harapannya itu sendiri. Jawaban E kurang tepat karena tidak mengandung simbol apa pun. Jadi, jawaban yang paling tepat adalah D.
Loading 10% 30% 50% 70% 100% Puisi Sajak Tafsir - Sapardi Djoko Damono || Cover βββββββββββββββββββ S
fVAb. 4jv3ulf2wq.pages.dev/3954jv3ulf2wq.pages.dev/474jv3ulf2wq.pages.dev/354jv3ulf2wq.pages.dev/1844jv3ulf2wq.pages.dev/2784jv3ulf2wq.pages.dev/454jv3ulf2wq.pages.dev/1314jv3ulf2wq.pages.dev/2024jv3ulf2wq.pages.dev/93
puisi sajak tafsir karya sapardi djoko damono